(CERPEN) 120 º
“Duar…duar…duar…, suara dentuman keras terdengar. Di barengi dengan suara jeritan adiknya Tejo meraung kesakitan .
“Bang…, bang…, aduh sakit bang”
“Ah…, kau gak sabaran amat sih, masih
sepotong”
“Aduh lama kali, dari tadi nyetor
hasilnya cuma sepotong . Dah sakit nih, cepat bentar lagi keluar”
“Iya…! Iya…!”
Setelah
siap dengan semua peralatannya Tejo pergi ke sekolahnya di Amisterdam
alias Ampera masuk dalam. Di sana ada sekolah SMA 21
yang kiranya harap di maklumi. Terkadang kalau hujan Tejo terpaksa
becek-becekan alias belum merdeka.
Walaupun
sekolah itu tidak begitu terkenal tetapi, setidaknya memiliki siswa-siswi yang
sangat berpotensi.
Tejo
memiliki teman-teman yang begitu aneh-aneh juga di kelasnya. Ada yang namanya Giman. Ia selalu malu
dengan nama yang identik dengan suku jawanya itu. Kemudian ia mengganti nama
panggilannya menjadi Anto . Sepertinya sama saja ya . Ada lagi si Boy. Panggilannya memang agak
keren sih, tapi setelah di baca di kartu pelajarnya ternyata Boymin Markuraja.
Ada lagi si
dongok. Ia sering di panggil orang seperti itu tapi sampai sekarang banyak
yang gak tahu nama aslinya. Dasar dongok .
Tejo
mengenal mereka sebenarnya sudah sejak lama. Tetapi pada saat hari ini saja
mereka bisa sekelas. Sebenarnya Tejo mengenal mereka pada saat sama-sama
menunggu angkot. Mereka rasa mereka memili kesamaan dalam berteman. Maka itu Tejo
tanpak selalu akrab dengan mereka. Perkenalan awalnya terutama karena
tiba-tiba seorang mobil lewat dengan kencangnya. Dan pas saat itu keadaan
jalan becek abis tersiram hujan seharian. Mobil itu mencipratkan air becek di
jalan kesekujur tubuh mereka. Alangkah
kotornya sekujur tubuh mereka dikotori lumpur jalan. Wah…benar-benar jorok.
Tapi arti kesamaan tadi itulah yang artinya sama-sama jorok.
Pelajaran
kimia telah di mulai . Ibu Jenifer telah masuk ke kelas.
“Hei
to, kamu bawa apa untuk praktek hari ini”. Tanya boy.
“Aku
cuma bawa sarung, kalau kamu ?”
“Aku
senter, bagaimana hebatkan?”
“Apanya
yang hebat besok aku tambahi bawa golok biar kita jaga malam sekalian. Wong
kalian ini gimana mau ronda atau praktek ?”. Sambung Tejo.
“Ya
praktek kimia lah. Kau aja yang gak dengar kali”. Sahut Anto.
Ibu
kimia menyuruh anak-anak keluar untuk pergi ke laboratorium. Ada perasaannya yang senang, ada yang sedih
mungkin gak bisa ngerjain PR, ada yang lemah, letih, lesu minum aja sangobion
“lha kok promosi.
“Ayo
anak-anak keluarkan apa yang kalian bawa dari rumah. Kumpul ke depan”.
Giman
yang agak oon bertanya dengan temannya..
“Boy…, aku cuma bawa uang, kalau di
berikan ke ibu guru ongkos pulangku mana?”
“Walah.., kok uang alat-alat praktek oon”
“Ooh…, bilang dari tadi doank, jadi kan gak perlu ngasih
sepatu ke ibu guru”
“Lho…kok sepatu, ooo…dasar oon. Aturankan
baju”
Siapa yang oon ya Boy atau Giman
jika anda tahu kirim jawaban ke Po
Box 134131.
“Tejo…!!!”. Ibu guru memanggil.
“Ya bu” . Sahut Tejo yang sedang
sibuk dengan bahan kerja prakteknya.
“Coba kamu jelaskan rumus molekul F6
itu”
“Rumusnya bu?”
“Iya rumusnya !!!”
“F6 sama dengan Ko. Ko sama dengan
Lo (r) bereaksi dengan I 20. Sepertinya Kolor Ijo lah ya kan…”
“Haha…” semua tertawa dengan
riangnya menatapi kesalahan temannya. Ibu Jeniffer pun sudah semakin ampun
saja melihat tingkah laku dari Tejo. Semakin lama semakin ada saja tingkah
lakunya yang membuat para guru bosan dengannya. Memang diakui ia anak yang
pintar tetapi kenakalan itu yang membuat semua guru mulai tak suka dengan
tingkah lakunya.
Sampai
di suatu ketika para bapak dan ibu guru betindak lain. Mereka mulai tidak suka
dengan tingkah laku Tejo . Mereka berencana akan memindahkan Tejo ke sekolah
lain karena di sekolah ini sudah tidak menerima anak sekolah seperti dia .
Kepala sekolah Justin Timberlake pun sudah menstujui
semua hasil rapa guru itu.
Sampai pada hari senin selesai
upacara bendera Tejo di panggil ke kantor kepala sekolah. Sesampainya di sana Tejo di nasehati
habis-habisan oleh pak kepsek Justin Timberlake. Setelah Tejo keluar dari
kantor kepsek wajahnya tanpak sedih dan ia malah mengeluarkan air matanya. Ia
terus melinangkan air matanya sampai ia masuk ke kelas. Teman-teman Tejo
tanpak binggung dengan tingkah laku Tejo. Padahal Tejo pernah mengatakan yang
namanya sedih gakkan ada di yang namanya Tejo. Tapi semua perkataannya itu
hanya bohong belaka.
Teman-teman Tejo pun bertanya apa
kelah kesuh yang di alaminya. Dan lalu Tejo menceritakan seluruhnya. Dengan
rasa kasihan semua teman-teman Tejo mendatangi kantor kepsek agar tidak jadi
mensahkan surat
pemindahan itu. Teman-temannya semua berjanji akan merubah Tejo, karena mereka
berpikir mungkin akan sunyi juga kelas jika tak ada Tejo. Tapi ya memang
Tejonya sih sudah terlalu kelewatan melawan guru. Pantas guru banyak yang
tidak suka dengannya.
Runding dan berunding akhirnya
mendapat keputusan bahwa Tejo hanya di skor untuk menintropeksi dirinya yang
bersalah. Dan akhirnya Tejo berterima kasih terhadap teman-teman yang selalu
mendukungnya, dan meminta maaf kepada guru-guru yang telah dilawannya. Karena
sebenarnya ia hanya ingin membuat semua teman-temannya dapat tertawa. Karena
Tejo tidak mengiginkan seorang temanya bersedih . Karena dahulu Tejo pernah
merasakanya. Ia sulit untuk sekolah karena tidak mempunyai biaya. Tapi
setelah ayahnya kembali mendapatkan pekerjaan yang layak dan Tejo pun kembali
hidup layak dapat bersekolah. Ia ingin menyenagkan semua hati temannya dengan
senyuman. Memang cara yang ia lakukan sekarang ini salah dan ia sekarang mulai
mengakui kesalahannya itu dan mencoba berusaha untuk merubahnya dan tidak akan
mengulanginya lagi. Karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan…
( MHTH )